Senin, 15 Desember 2008

ANALISA CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD)

ANALISA CHEMICAL OXYGEN DEMAND (COD)

Chemical Oxygen Demand (COD) atau Kebutuhan Oksigen Kimia adalah jumlah oksigen (mg O2) yang dibutuhkan untuk mengoksidasi atau menguraikan senyawa/materi organik (secara kimia) yang ada dalam 1L sampel air, di mana pengoksidasi K2Cr2O7 (kalium dikromat sebagai oksidator yang umum dipakai) digunakan sebagai sumber oksigen (oxidizing agent). Parameter COD menunjukkan jumlah senyawa organik dalam air yang dapat dioksidasi secara kimia ataupun melalui proses mikrobiologis, dan mengakibatkan berkurangnya oksigen terlarut di dalam air.

Analisa COD berbeda dengan analisa BOD namun perbandingan antara angka COD dengan angka BOD dapat ditetapkan. Perbandingan rata-rata angka BOD5/COD untuk beberapa jenis air :

³ Air buangan domestik (penduduk) : 0,4-0,6

³ Air buangan domestik setelah pengendapan primer : 0,6

³ Air buangan domestik setelah pengolahan secara biologis : 0,2

³ Air sungai : 0,1

Angka perbandingan yang lebih rendah dari yang seharusnya, misalnya untuk air buangan penduduk (domestik) < style=""> Tidak semua zat-zat organis dalam air buangan maupun air permukaan dapat dioksidasikan melalui tes COD atau BOD. Zat organis yang biodegradable (dapat dicerna/diuraikan), misalnya protein dan gula dapat dioksidasikan melalui tes COD dan BOD. Selulosa hanya dapat dioksidasikan melalui tes COD. N organis yang biodegradable, misalnya protein dapat dioksidasikan melalui tes COD dan BOD. N organis yang non-biodegradable, misalnya NO2-, Fe2+, S2-, Mn3+ hanya dapat dioksidasikan melalui tes COD. NH4 bebas (nitrifikasi) hanya dapat dioksidasikan melalui tes BOD mulai setelah 4 hari, dan dapat dicegah dengan pembubuhan inhibitor. Hidrokarbon aromatik dan rantai hanya dapat dioksidasikan melalui tes COD saja karena adanya katalisator Ag2SO4.

Theoretical Oxygen Demand (ThOD) atau kebutuhan oksigen teoretis adalah kebutuhan oksigen untuk mengoksidasikan zat organis dalam air yang dihitung secara teoretis. Jumlah oksigen tersebut dapat dihitung bila komposisi zat organis terlarut telah diketahui dan dianggap semua C, H, dan N habis teroksidasi menjadi CO2, H2O, dan NO3-. Untuk masing-masing jenis air (air sungai, air buangan penduduk, air limbah industri) terdapat perbandingan angka ThOD, COD, dan BOD tertentu.

Selasa, 02 Desember 2008

Tinjauan Pustaka laporan ikhtiologi

Morfologi Ikan

Jumlah spesies ikan berkisar kurang lebih 20.000 (untuk yang telah diketahui), dan bahkan diperkirakan masih ada sekitar 40.000 spesies lagi yang masih belum diketahui. Dengan fakta yang ada, maka tak terelakkan lagi bahwa dengan jumlah yang sebesar itu, ikan bervariasi dalam bentuk, ukuran dan warna. Perbedaan- perbedaan lain yang terlihat antara lain :

1. Sisik

Menurut Rahardjo (1985), sisik diistilahkan sebagai rangka dermis, karena sisik dibuat di dalam lapisan dermis. Selain itu ada juga ikan yang tak bersisik, kebanyakan dari sub-ordo Siluroidea, contohnya ikan Jambal (Pangasius pangasius). Sisik dibedakan berdasarkan jenis bahan dan bentuknya, sisik dibedakan menjadi :

  1. Sisik placoid

Terdapat pada ikan yang bertulang rawan (Chondrichthyes). Bentuknya hampir mirip dengan dengan bunga mawar dengan dasar yang bulat atau bujur sangkar. Bagian yang menonjol seperti duri keluar dari epidermis.


  1. Sisik cosmoid

Terdapat pada ikan fosil dan ikan primitif. Sisik ini terdiri dari beberapa lapis, dari luar : a) Vitrodentine (dilapisi semacam enamel)

b) Cosmine (lapisan kuat dan non-seluler)

c) Isopedine.

Misalnya : Latimeria chalumnae.

  1. Sisik ganoid

  • Terdiri dari beberapa lapisan, dari luar :

    1. Ganoine (Terdiri dari garan-garam an-organik)

    2. Lapisan yang seperti lapisan cosmoine

    3. Isopedine

  • Bentuk seperti belah ketupat, misalnya ikan : Polypterus, Lepisostidae, Acipencoridae, Polyodontidae

  1. Sisik cycloid

Disebut juga sisik lingkar, karena mempunyai bentuk bulat, tipis, transparan, dan lingkaran pada bagian belakang bergigi.

  1. Sisik ctenoid

Menurut Rahardjo, (1985) Sisik cikloid dan sisik ctenoid kepipihannya tereduksi menjadi sangat tipis, fleksibel, transparan, dan tidak mengandung dentine atau enamel. Bagian sisik yang menempel pada tubuh hanya sebagian


  1. Bentuk Tubuh

Bentuk tubuh ikan, bentuk luar ikan seringkali mengalami perubahan dari sejak larva sampai dewasa misal dari bentuk bilateral simetris pada saat masih larva berubah menjadi asimetris pada saat dewasa. Bentuk tubuh ikan merupakan suatu adaptasi terhadap lingkungan hidupnya atau merupakan pola tingkah laku yang khusus. Secara umum, Moyle & Cech (1988) mengkatergorikan ikan kedalam enam kelompok yaitu roverpredator (predator aktif), lie-in-wait predator (predator tak aktif), surface-oriented fish (ikan pelagik), bottom fish (ikan demersal), ikan bertubuh besar, dan ikan semacam belut.

(Moyle, P.B. & J.J. Cech. 1988)

Ukuran tubuh ikan, semua ukuran yang digunakan merupakan pengukuran yang diambil dari satu titik ke titik lain tanpa melalui lengkungan badan.

- Panjang total (TL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir (premaxillae) hingga ujung ekor.

- Panjang standar (SL) diukur mulai dari bagian terdepan moncong/bibir (premaxillae) hingga pertengan pangkal sirip ekor (pangkal sirip ekor bukan berarti sisik terakhir karena sisik-sisik tersebut biasanya memanjang sampai ke sirip ekor)

3. Sirip

Menurut Rahardjo, (1985), pada ikan terdapat lima macam sirip, yaitu sirip punggung, sirip perut, sirip dada, sirip dubur, dan sirip ekor. Penjelasan untuk macam-macam sirip ini adalah :

  1. Sirip perut

Sirip perut pada sub class elasmobranchia disokong oleh tulang tulang rawan tempat menempelnya tulang basipterygium.

  1. Sirip punggung

Sirip punggung yang terdapat pada ikan class Chondrichtyes disokong oleh keping-keping tulang rawan disebut rawan basal yang terletak di bagian bawah tertumpu pada cucuk neural dan rawan radial yang terletak di bagian rawan basal menunjang jari-jari keras.

  1. Sirip dada

Pada Condridhthyes disokong oleh tulang gelang bahu (Pectoral girdle) dinamakan coracoscapula. Pada ikan Osteichthyes gelang bahu terdiri dari tulang rawan dan tulang dermal.

  1. Sirip dubur

Ikan Osteichthyes tulang yang menyokong sirip dubur ada tiga termasuk di dalamnya masuk ke dalam bagian tubuh, diantaranya tulang cucuk hemal dinamakan promaxial pterygiophore dan terluar distal pterigiophore di atasnya terdapat intermediet pterygiophore.

  1. Sirip ekor

Tipe ekor ada lima macam yaitu : Rounded , Truncate, Lunate, Emarginate, dan Forked. Secara garis besar macam bentuk ekor dibedakan menjadi : Heterocercal, Protocercal, dan Homocercal.

  1. Warna tubuh

Ikan yang hidup di perairan bebas mempunyai warna tubuh yang sederhana, keputih-putihan pada bagian perut, lalu keperak-perakan pada sisi tubuh bagian bawah. Ikan yang hidup di daerah dasar, bagian perutnya berwarna pucat dan bagian pungung berwarna gelap. Warna ikan ini disebabkan oleh Schemacrom (konfigurasi sisik) dan Bichrom (pigmen pembawa warna) (Sugiri, 1992).


  1. Tipe mulut

Mulut ikan, bentuk, ukuran dan letak mulut ikan dapat menggambarkan habitat ikan tersebut. Ikan-ikan yang berada di bagian dasar mempunyai bentuk mulut yang subterminal sedangkan ikan-ikan pelagik dan ikan pada umumnya mempunyai bentuk mulut yang terminal. Ikan pemakan plankton mempunyai mulut yang kecil dan umumnya tidak dapat ditonjolkan ke luar. Pada rongga mulut bagian dalam biasanya dilengkapi dengan jari-jari tapi insang yang panjang dan lemas untuk menyaring plankton. Umumnya mulut ikan pemakan plankton tidak mempunyai gigi. Ukuran mulut ikan berhubungan langsung dengan ukuran makanannya. Ikan-ikan yang memakan invertebrata kecil mempunyai mulut yang dilengkapi dengan moncong atau bibir yang panjang. Ikan dengan mangsa berukuran besar mempunyai lingkaran mulut yang fleksibel.

(Kotelllat et al., 1993)

Tipe mulut bergantung pada jenis makanan yang menjadi santapan ikan. Ada empat tipe mulut pada ikan, yaitu :

  1. Terminal : mulut terletak di ujung kepala menghadap ke depan.

  2. Sub terminal : mulut terletak sejajar kepala menghadap ke depan

  3. Superior : mulut terletak di bawah kepala menghadap ke bawah

  4. Inferior : mulut terletak di bawah kepala menghadap ke bawah


DAFTAR PUSTAKA

Affandi, Ridwan. 1992. Ichtyologi, Suatu Pedoman Kerja Laboratorium. IPB, Bogor

Djuanda, T. 1981. Taksonomi, Morfologi, dan Istilah-istilah Teknik Perikanan. Akademis Perikanan, Bandung

Lagler. 1997. FAO Species Identification Sheat For Fisheries Purpose.Kodansha, Japan

Rahardjo, M.F. 1985. Ichtyologi. Fakultas Perikanan Departemen Perairan Institut

Pertanian Bogor, Bogor

Saanin, H. 1968. Taksonomi dan Kunci Identifikasi Ikan. Bina Tjipta, Jakarta


INFEKSI PENYAKIT FIN ROT PADA SIDAT

KARAKTERISTIK SIDAT

Sidat adalah binatang yang termasuk dalam golongan ikan, dia dapat hidup di air laut maupun air tawar. Sidat merupakan salah satu komoditas eksport perikanan yang telah lama di kenal, terutama di berbagai Negara yang perikanannya sangat maju.

Sidat mempunyai bentuk morfologi yang relative serupa dengan belut, tetapi keduanya memiliki ordo yang berbeda. Menurut Bleeker sidat mempunyai klasifikasi sebagai berikut:

Filim :Chordota

Klas :Pisces

Ordo :Apodes

Famili :Anguillidae

Genus :Anguilla

Spesies :Anguilla sp.


Ciri utama sidat dewasa adalah bentuk tubuhnya yang menyerupai belut. Namun jika diperhatikan lebih teliti ada beberapa perbedaan morfologi yang cukup nyata antara sidat dan belut. Perbedaan yang dapat dilihat secara langsung adalah sidat memiliki sirip ekor, sirip punggung dan sirip dubur yang sempurna. Sedangkan belut tidak mempunyai sirip sama sekali. Sirip sidat dilengkapi dengan jari- jari lunak yang dapat dilihat dengan mata biasa.

Sidat merupakan hewan yang bersifat katadrom. Dengan demikian sidat dapat hidup di air tawar maupun air asin. Sidat kecil hidupdi air tawar sampai ia mencapai dewasa dan selanjutnya akan bermigrasi ke laut untuk memijah. Oleh karena itu sebagian sebagian besar hidup sidat dihabiskan dilingkungan air tawar seperti sungai danau, waduk, kolam, sawahdan berbagai jenis habitat air tawar lainnya.


PATOGENESIS BAKTERI

Penyakit yang sering menyerang sidat dapat dikasifikasikan menjadi 2 kelompok, yakni penyakit menular yang sering disebut parasit, yang disebabkan oleh aktivitas mikroorganisme seperti bakteri jamur, virus dan protozoa. Kemudian yang kedua adalah penyakit yang tidak menular, yaitu penyakit yang bukan disebabkan oleh mikroorganisme, tetapi karena hal lain misal karena kekurangan pakan, keracunan konsentrasi oksigen dalam air rendah atau penyakit gelembung udara.


Dapat dikatakan bahwa penyebab langsung dari kebanyakan penyakit adalah parasit-parasit termasuk virus-virus, bakteri, jamur, dan protozoa. Penularannya semakin mudah di dalam kelompok ikan yang padat dibanding dengan di alam bebas.
Sebagai akibatnya, penyebaran penyakit yang lebih luas dapat ditemukan pada kolam budidaya atau keramba . Banyak parasit, terutama yang termasuk golongan sistematika rendah tersebar luas, dan biasanya terdapat di dalam biotop atau bahkan juga di dalam tubuh ikan tanpa menyebabkan kondisi patologis. Bakteri seperti aeromonas hydrophilla, Flexibacter columnaris, Pseudomonas flurescens ataupun Vibrio anguilarum dikatakan bersifat saprofitis dan terdapat di mana-mana (ubiquitous). Namun demikian, dalam kondisi tertekan, bakteri tersebut dikenal sebagai penyebab penyakit, seperti haemorragic septicaemia, penyakit busuk insang (bacterial gill disease), pembusukan sirip (fin rot) dan vibriosis.


Salah satu penyebab penyakit pada sidat adalah bakteri, bakteri mempunyai daerah penyebaran relative luas sehingga hampir dapat dijumpai dimana saja. Bakteri mempunyai ukuran yang relative besar jika di bandingkan dengan virus, yaitu antara 0,3 sampai 0,5 mikron. Cara mencegah infeksi oleh bakteri adalah mengusahakan kualitas air dan lingkungan bebas dari polusi racun atau bahan kimia yang berbahaya, oksigen dalam lingkungan tetap terpenuhi, dan mencegah masuknya parasit eksternal maupun internal.


INFEKSI PENYAKIT FIN ROT OLEH BAKTERI AEROMONAS LIQUEFACIENS

Sidat yang terkena infeksi fin rot akan kehilangan nafsu makan dan gerakan berenangnya mulai tidak teratur yang akhirnya ia akan muncul dan berenang di permukaan air. Sidat yang terserang secara eksternal akan mengalami pendarahan yang selanjutnya menjadi borok (haemorrhage) pada sirip perut dan ekor serta bagian anus. Secara internal usus dan lambung mengalami hyperemia yang akhirnya terkikis. Hati sidat yang terserang penyakit ini menjadi tidak berfungsi. Pada serangan lebih lanjut rahang bawah akan mengalami luka dan borok. Infeksi sekunder dapat terjadi jika sidat terserang oleh cotton cap.

Bakteri pathogen yang menyebabkan penyakit ini adalah Aeromonas liquefaciens yang menyerang organism sidat di air tawar dan biasanya menyerang pada suhu air 280C.

Bakteri Aeromonas umumnya hidup di air tawar terutama yang mengandung bahan organic tinggi. Ada juga yang berpendapat bahwa bakteri ini hidup di saluran pencernaan. Ciri utama bekteri Aeromonas adalah bentuk seperti batang, ukuran 1-4,4 x 0,4-1 mikron, bersifat gram negative, fakultatif aerobic (dapat hidup dengan atau tanpa oksigen), tidak berspora, bersifat motil (bergerak aktif) karena mempunyai satu flagel(monotrichous flagella) yang keluar dari salah satu kutubnya. Penyakit ini senang hidup di lingkungan bersuhu 15 0C-30 0C dan pH 5,5 – 9.

Penularan bakteri Aeromonas dapat terjadi melalui air, kontak badan kontak dengan peralatan yang telah tercemaratau perpindahan sidat yang telah terserang Aeromonas dari satu tempat ke tempat lain.

Salah satu penanganan terhadap serangan pathogen ini adalah dengan membuang sidat yang telah terinfeksi supaya tidak menyebar kepada sidat lainnya. Cara lain mengatasi penyakit ini adalah dengan menambahkan air tawar yang bersih untuk menurunkan suhu air kolam.

Pengobatan dapat dilakukan dengan thiazine tang diberikan melaluai pakan dengan dosis 20 mg per hari untuk sidat seberaty 100g. pemberian dilakukan secara terus menerus selama satu minggu. Sidat yang terinfeksi juga dapat diobati dengan cara merendam dalam obat furam atau sulpha.